Selasa, 01 September 2009

Ramadhan Membawa Islam yang rahmatal lil alamin


Oleh : mughni rahmatullah

Dalam perjalanan kehidupan anak Adam, kita tidak menafikan bahwa semua manusia menginginkan sebuah kesejahteraan dalam mengarungi roda kehidupan tetapi dalam kenyataan masih ada pemetaan di dalam penduduk bumi seperti adanya Negara maju, Negara berkembang dan Negara tertinggal. Kalau melihat fenomena tersebut, kita menginginkan sebuah egaliter meskipun dalam domain yang makro atau mikro.

Dan pada abad sekarang ini, seluru umat Islam menyadari bahwa yang tergolong katagori Negara maju mayoritas didominasi oleh komunitas barat atau eropa yang notabena Negara mayoritas non-muslim. Dan kemudian terbesit sebua pertanyaan bagaimana masyarakat barat itu bisa maju, kalau melihat pendapat Muhammad Abduh dalam menilai orang barat bahwa kita umat islam yang mempunyai konsep kemajuan tetapi mereka yang mengimplementasikan-nya. Oleh karena itu pada bulan yang penuh berkah ini kita bisa melakukan otokritik dalam mengembangkan peradaban baru yang bersumber dari islam karena pada dasarnya islam sangat kaya dengan sebuah konsep-konsep kemajuan untuk mewarnai dinamika dunia ini dan kita bisa mengkontekstualisasikan dan menginterpretasikan warisan para intelektual islam pada masa lalu di dalam menjalankan roda pemerintahannya pada masa kejayaan islam.

Tetapi pada masa sekarang ini sebagian umat islam di dalam merealisasikan untuk menuju sebuah masa keemasan seperti yang ditorehkan oleh pemerintahan ottoman, mereka menginginkan konsep yang telah dilakukan pada periode itu dan kalau bisa disebut mengambil secara menyeluruh apa yang terjadi pada masa lampau diantaranya yaitu sistem khilafah islamiyah. Kalau menurut penulis bahwa kita boleh berambisi dalam mencapai sebuah kesejahteraan atau masa peradaban yang maju tetapi kita harus melihat kontek sekarang ini yang mana kita lebih fokuskan kepada sebuah Negara karena di planet bumi ini udah terbentuk sistem kenegaraan yang bermacam-macam yang dinahkodai oleh PBB (persatuan bangsa-bangsa) dalam menjaga keamanan kehidupan manusia dalam skalah negara, oleh karena itu sangat naïf sekali kalau kita akan membentuk sebuah sistem khilafah.

Dan ada juga sebagian umat islam yang lebih radikal dalam melakukan gerakan untuk mencapai masa kejayaan yang diharapkan tetapi menyadari kehidupan berbangsa. Dan mereka merasa terusik dengan sistem kenegaraan yang telah diterapkan-nya karena tidak sesuai dengan syariat Islam dan mayoritas penduduk negara tersebut memeluk agama islam sehingga mereka menganggap bahwa sistem yang tidak sesuai dengan golongan mereka dianggap kafir dan harus diperangi. Dengan adanya ideologi seperti itu maka mengakibatkan sebua tindak anarkis berupa terorisme yang menghantui masyarakat dunia khususnya indonesia setelah terjadi beberapa kali pengeboman di beberapa tempat dan membuat stabilitas negara terganggu dengan adanya isu bom-bom di mana-mana.

Di dalam sistem kenegaran yang diinginkan oleh golongan mereka harus sesuai dengan syariat Islam tetapi menurut pandangan Islam masih bersifat abstrak yang mana menimbulkan multitafsir di dalam membentuk sistem seperti itu tetapi keberadaan islam sendiri, itu membawa sesuatu yang baik sesuai dengan tempat dan kondisinya. Dan seandainya ada sebagian orang beranggapan negatif bahwa islam sangat keras dan tidak berkemanusian, itu semata-mata bukan islamnya yang disalahkan tetapi orang yang menafsirkan islam itu sendiri yang tidak sesuai dengan tujuan-tujuan syariat dan berbeda jahu pemahamannya dengan pandangan mayoritas penduduk muslim yang ada di dunia ini.

Dan kalau kita melihat fenomena terorisme yang terjadi di dalam islam itu terjadi karena beranggapan bahwa pandangan dalam beragama mereka paling sempurna dan menghiraukan pendapat mayoritas umat islam yang mengutuk sesuatu yang bersifat kekerasan dan itu terbentuk dari sebuah cuci otak atau brain washing dari pemuka agama yang menafsirkan sebuah agama sehingga memunculkan para pengantin bom dalam melakukan aksi bom bunuh diri, mereka beranggapan bahwa yang telah dilakukanya termasuk sesuatu amal kebaikan untuk bekal di akhirat dan kematian mereka tergolong mati syahid seperti umat Islam berperang pada zaman Nabi Muhammad. Oleh sebab itu, kita harus komprehensif dalam melakukan pemahaman keislaman dan tidak terlalu fanatik bahwa islam kita yang paling benar dan Islam selain golongan kita dianggap kafir, dan itu semua diakibatkan karena telah mendahulukan sebua egoisme dalam menafsirkan islam yang dianggap sempurna dan memonopolinya untuk golongan mereka. Seandainya para pengantin pengebom bunuh diri itu dan para petinggi-petingi-nya menguasai egonya atau islamku –sabar dalam bahasa agamnya- untuk memahami islam yang rahmatal lil alamin tidak akan terjadi sebuah terorisme yang beratribut agama.

Dan kalau melihat pengertian puasa adalah ibadah kesabaran yang harus dilakukan manusia beriman supaya mampu menguasai egonya. Oleh karena itu, puasa bulan Ramadan oleh Nabi disebut sebagai bulan kesabaran (syahr as-shabr). Secara etimologis, puasa berasal dari kata Arab (shaum, shiyam) yang berarti menahan (al-imsak). Dan, secara syar'i adalah menahan diri dari makan, minum, dan hubungan suami istri, serta segala hal yang membatalkan puasa mulai terbit fajar hingga terbenam matahari dengan niat yang tulus karena Allah SWT.

Secara substansial, puasa dalam Islam adalah kemampuan menahan diri dari perbuatan dosa dan semua bentuk perilaku tercela (al-akhlaq al-madzmumah), seperti berdusta, dengki, kikir, mengumpat, dan segala macam perbuatan buruk yang lain. Puasa tingkat ini adalah puasa hati yang tidak sekadar menahan diri dari hal-hal yang lahiriah (eksoteris), tetapi juga sudah meningkat pada persoalan esoteris, rohani, dan nafsani. Puasa peringkat itu telah menjadi bagian dari tradisi orang-oraang saleh.

Oleh karena itu pada bulan puasa ini, kita bisa mengambil hikma esensi dari melakukan puasa tersebut untuk selalu menjaga ego supaya tingkah laku kita selalu bersifat positif dan jahu dari yang namanya sebuah kekerasan dalam segala hal apapun bentuknya. Dan kita menunjukkan bahwa islam adalah agama yang rahmatal lil alamin yang memberikan manfaat bagi umat manusia yang ada di bumi ini. Allah a'lam bissowab